Sunday, September 11, 2011

Untuk Nay, Erik dan cinta mereka


Pic.google

Teman,pernahkah kau merasa sangat jatuh cinta pada seseorang hingga kau tidak tahu harus berbuat apa agar orang itu tahu perasaanmu? Karena jika dia tahu mungkin dia akan menjadi tidak nyaman dengan hubungan pertemanan itu dan perlahan menjauh.


Aku punya seorang sahabat,Nay namanya. Ia selalu tampak ceria dan siapapun yang ada di dekatnya pasti akan terbawa menjadi suka ria. Seperti tak pernah ada masalah dengan hidupnya dan jikapun ada masalah ia akan berusaha menyelesaikannya dengan semudah mungkin,yah paling tidak itu menurutku. Aku terkadang iri padanya dengan pekerjaan yang bagus,wajah cantik dan begitu banyak orang yang menyayanginya ia bisa mendapatkan apapun yang ia mau. Dan terkadang aku menganggap diriku ini supporting role nya Nay.


Belakangan ini waktu dan jarak tidak bersahabat pada kami. Rutinitas harus membuat kami menyerah takluk padanya,kesibukan kantor yang luar biasa pada akhirnya menjadi alasan yang klise yang tidak dapat kami lawan. Beberapa hari lalu akhirnya Nay menghubungiku di tengah-tengah aku menyiapkan dokumen untuk meeting. Kusambar langsung telepon genggamku dan setengah berteriak aku menjawab teleponnya pun ia di seberang sana melakukan hal yang sama diiringi suara renyah tawanya. 10 tahun waktu yang cukup untuk aku bisa mengenalnya. Dan telepon darinya siang itu walaupun ia tak bicara aku tahu bahwa ada yang tidak baik-baik saja.
 Nay memintaku untuk menemaninya ke Bogor ke acara pernikahan salah satu temannya di akhir minggu ini.  Akupun menyanggupi untuk menemaninya. Dia akan menjemputku tepat setelah shalat Dzuhur lalu setelah itu kami akan berangkat ke Bogor. Hari ini ia tampil cantik dengan dress hijau muda dan syal yang terpasang manis di lehernya. Di perjalanan, seperti biasa ia tampak ceria tapi aku melihat di matanya ia menahan segala beban kesedihan yang dalam. Entah apa, yang mungkin tidak ingin ia ceritakan padaku. Sebenarnya aku ingin bertanya padanya apa yang sedang terjadi tapi aku urungkan niatku itu.


Setelah beberapa lama di perjalanan akhirnya kita sampai di sebuah rumah. Tapi aku tidak melihat tanda-tanda jika di rumah itu sedang ada pesta pernikahan. Nay,sepertinya mengerti ketidak mengertianku. Dia mengatakan bahwa acaranya di gedung, dan dia ingin menemui temannya yang akan menikah itu sebelum mereka berangkat ke gedung acara resepsi. Sebelum turun dari mobil Nay mengucapkan terimakasih karena telah mengantarkannya dan diapun bilang apapun yang terjadi nanti di dalam rumah itu aku akan tetap support dia. Tentu saja aku merasa aneh dengan kata-kata Nay itu.
Kami disambut hangat oleh keluarnya Erik,nama temannya Nay. Kami disuguhi minum dan beberapa jenis cemilan. Tak tampak Erik datang menyambut kami. “Sedang bersiap-siap di kamar” begitu ibu Erik memberitahu kami. Nay meminta ijin untuk bertemu Erik di kamarnya dan tentu saja aku menemaninya. Terdengar sahutan “masuk” dari dalam setelah Nay mengetuk pintu kamar itu. Erik kaget dan gembira melihat kedatangan Nay. 


Dan detik itulah terjawab semuanya pertanyaanku. Nay dengan senyumnya memberikan selamat kepada Erik. Dan dengan tenang akhirnya tumpahlah rasa yang mungkin dia simpan sendiri selama ini.

Nay kepada Erik.

“Nay sayang kamu Erik,sungguh. Sejak pertemuan pertama kita di kantor, dan sejak semua awal yang terjadi di antara pertemanan kita. Aku suka apa yang ada di diri kamu bahkan saat kamu marah-marah saat sakit maag aku kambuh karena lupa sarapan,atau kamu yang marah-marah saat kamu gak bisa menghubungiku karena teleponku mati gara-gara tercebur di wastafel mall atau semua bentuk perhatian yang kamu kasih ke aku. Bukan aku gak berusaha supaya kamu tahu apa yang aku rasa tapi mungkin semuanya hanya biasa aja buat kamu. Kamu ingat? Ketika kita pernah makan malam berdua dan kamu minta ijin pergi sebentar untuk menjawab telepon yang aku tahu itu dari seorang perempuan dan setelahnya aku diam sampai kamu mengantarkan aku pulang. Aku cemburu. Kamu ingat setiap cangkir kopi dan sarapan di pagi hari yang sengaja aku buat untuk kamu bahkan hanya setangkup sandwich biasa saja kamu bilang itu enak. Aku senang,Erik. Itu cinta. Tapi aku terlalu takut kehilangan kamu sampai aku gak sanggup untuk mengatakan apapun selain aku harus melipat rapi semua sayang aku ke kamu dan berusaha agar hubungan kita ini baik-baik saja atas nama persahabatan.  Hari ini kamu akan menikah dengan perempuan yang menurutku ia perempuan yang paling beruntung sedunia, bisa membuat kamu meyerahkan semuanya. Aku gak punya maksud untuk mengacaukan pernikahan kamu dengan mengatakan ini ke kamu,aku cuma mau kamu tahu dan aku gak mau menyimpan ini sendirian sampai aku mati. Aku tahu ini semua terlambat dan gak akan mengubah apapun,berbahagialah karena dengan begitu aku akan berbahagia karena kamu akan bersama dengan orang yang kamu sayang.”


Nay menangis dan aku kaget gak menyangka Nay melakukan ini, tanpa sadar akupun menangis. Erik pun tak kalah terkejutnya denganku diberondong semua pernyataan yang keluar dari bibir Nay.


Erik kepada Nay.

“Nay,kamu tahu aku juga sayang sama kamu dan mungkin lebih besar. Semua yang aku lakuin ke kamu,itu sayang,Nay. Aku  menyerah Nay,karena aku merasa kamu hanya menganggap aku sahabat yang paling baik menurut kamu. Sampai akhirnya Nina datang dan dengan kesabarannya dan kebesaran hatinya membuatku memutuskan untuk bersamanya. Aku tahu aku terlalu pengecut untuk bilang semua sama kamu,  aku pun lelah,Nay dan hati Nina tempat yang membuat aku nyaman. Dia seperti kamu Nay.”


Sampai pada penjelasan itu Nay pamit membawa segala jawaban Erik. 


Hari ini aku mengantarkan Nay ke stasiun kereta melepas kepergiannya ke Surabaya. Nay memilih untuk menjauh. Demi kebaikan semua,jelasnya.


Setiap orang punya porsi masalahnya masing-masing dan Nay menyelesaikan masalahnya dengan caranya sendiri. sampai di sini aku yakin bahwa cinta itu memang tidak untuk dimiliki tapi cinta ada untuk cinta itu sendiri. Ada yang bilang jika kita menyayangi seseorang katakanlah sebelum terlambat ,kita gak akan pernah tahu apa yang akan terjadi kelak. Yah,walaupun aku juga belum tentu sanggup melakukannya.


Untuk Nay, Erik dan cinta mereka. 


Berbahagialah.

2 cerita:

Anonymous said...

jika tak mau terlambat, berkatalah dengan jujur :D

Montoq said...

Ah begitulah cinta deritanya tiada akhir.....
#ditiban pat kay

Post a Comment